Akhirnya Aku Memutuskan Untuk Berhijab dan kini #AyoHijrah ke Bank Muamalat

Akhirnya Aku Memutuskan Untuk Berhijab dan Kini #AyoHijrah ke Bank Muamalat


Kisah Hijrah

Kala itu, umurku baru 24 tahun. Banyak kejadian yang membuat aku berfikir, dan mengambil keputusan. Agak sulit memang, karena berseru tegang dengan batin yang masih menolak dengan berbagai alasan-alasan. Ah aku masih muda, nanti saja. Masih mau gaya seperti wanita muda lainnya. Belum siap! Dan masih banyak lagi alasan, pokoknya belum sekarang!!!

Berawal dari sebuah fitnah yang melandaku. Aku dituduh berkata yang membuat seseorang tersinggung, ibu Evi sebutannya. Ketika  coba menanyakan, siapa yang menyampaikan hal demikian? Orang tersebut hanya berujar "adalah...!,"

Cukup lama berfikir tentang siapa sih orang yang tega menyampaikan ucapan fitnah, yang tak pernah keluar dari mulutku. Aku tak menyadari, bahwa ternyata pelakunya adalah orang yang dekat dan juga menjadi teman curhatku. Bahkan menganggapnya sebagai kakak.

Hal itu terungkap setelah aku salah dan menuduh orang lain sebagai pelakunya. Dari suatu pertengkaran orang lain yang terjadi dihadapanku dan mencoba menengahi pertengkaran yang terjadi. Akhirnya aku ikut bertengkar dan berujung pada masalah lama yang diungkit. Ya, mencurigai seseorang dan tak terima dengan tuduhan itu. Aku meminta dia memanggil ibu Evi agar menjelaskan. Ketika ibu Evi tiba, lalu menjelaskan siapa orang yang yang telah memfitnahku. Terungkaplah siapa dia!

Bagiku, cukup tau saja siapa pelakunya. Menjaga jarak dan tak mempercayainya lagi adalah keputusan mutlak. Walau demikian, masih tetap menyapa orang yang sudah kuanggap kakak itu. Dulu, aku sangat dekat dengan anak-anaknya, bermain dan bercanda. Anak-anak yang lucu di usia 3 dan 5 tahun. Sejak tau semua, aku masih sering bercanda dengan anak-anaknya, namun tak seperti dulu lagi, datang kerumah mereka sambil ngobrol. Karena rumah kami hanya berjarak lima langkah saja.

Begitu pun dengan sang suami, yang sangat baik padaku. Sering membantu dan juga selalu menyapa dengan baik. Dikala kejadian pengungkapan pelaku, sayang suaminya tak ada kota kami. Sang suami bertugas keluar kota selama beberapa bulan. Sejak kejadian pengungkapan pelaku, sikapku cukup berubah. Ketika sang suami menyapa, aku hanya tersenyum. Tak tau apakah sang suami mengehatui yang terjadi. Yang pasti dia selalu menyapaku lebih dulu, dan aku hanya tersenyum.

Suatu hari ketika pulang kerja, aku bertemu dengan suaminya yang juga pulang kerja shift sekond (2). Sekitar jam 11 malam lebih kala itu. Karena jarak dari gang ke rumah lumayan jauh, sering sang suami mengajak barengan, alias boncengan motor. Namun aku menolaknya! Sang suami mencoba bertanya dengan suara lembutnya, kenapa aku berubah sikap. Lalu aku pun bertanya lagi "kakak nggak cerita?"

Malam itu sang suami meminta penjelasan ku, lalu mencari tempat untuk bisa ngobrol. Kami pun pergi ke suatu tempat yang masih menyediakan minuman panas dan bisa duduk santai. Dengan pemandangan lampu dari ketinggian, kami memesan minum. Ketika akan memulai berbicara, aku menangis mengingat hal itu. Sungguh syok rasanya difitnah orang yang kita percaya. Saat  menangis itu, sang suami dengan sigap meraih pundakku lalu direbahkan di dadanya. Sempat terkejut, tapi rasanya sedikit lega. Entahlah malam itu, aku mengira pelukannya adalah pelukan kasih seorang kakak dengan adik. Namun ternyata bukan!

Kesempatan malam itu tak disia-siakan oleh sang suami mengungkapkan isi hatinya yang lama tersimpan. Selama ini dia baik padaku juga karena ada maksud di hatinya. Ya! Cinta. Sebuah ungkapan yang sangat-sangat mengejutkan. Bagaimana tidak, alangkah polosnya, tiba-tiba aku punya niat untuk balas dendam, merebut suaminya. Sakit hati ini akan terbalas. 

Kami sempat diam-diam menjalin hubungan cinta terlarang itu. Hingga suatu hari, aku curhat dengan teman yang sedang hijrah menuju kebaikan. Aku bercerita tentang hubungan itu. Dengan harapan dia menjadi mualaf. Mereka adalah keluarga Nasrani, yang setiap minggu rajin ke gereja. Mereka sebenarnya sangat harmonis. Senang melihat mereka tetap romantis di mataku. Aku percaya mereka orang yang taat dan takkan berkhianat, tapi aku salah menilai.

Temanku mencoba untuk menasehati, bahwa Allah tak menjamin lelaki yang menikahi wanita muslim, kemudian dia menjadi mualaf demi menikahi wanita muslim. Jika Allah saja tak menjamin, lalu bagaimana dengan Rasulullah? Tentu tak disarankan oleh Beliau. Tapi jika wanita non muslim yang menikah dengan lelaki muslim kemudian dia menjadi mualaf, maka Allah menjamin untuknya hidup bahagia dan selamat, apa bila dibimbing oleh suaminya. Lalu bagaiman dengan lelaki non muslim yang menikahimu dan dia mualaf? Sudah banyak kejadian yang akhirnya kembali, lalu mengajak anak istri ke agama lamanya. 

Astaghfirullah!!! Alangkah polosnya cara berfikir ku, dan mengira semudah itu menjalani pernikahan yang penting menjadi seiman. Bagaimana kalau ternyata dia hanya menjebakku, maka yang akan rugi adalah wanita itu sendiri. Dan celakanya, aku ternyata jatuh cinta pada lelaki itu, dia yang baik dan bersikap lembut tentu aku pun kalap dan terbuai. Pembalasan dendam itu akhirnya berubah menjadikan jebak, lebih jauh dan dalam. 

Aku meminta pendapat temanku, apa yang harus kulakukan. Bagaimana menghindari ini semua, mengingat kami bertetangga sebelah rumah. Saran temanku hanya berkata "hindari lelaki itu sebisa mungkin, berikan penjelasan, bahwa ini tak bisa dilanjutkan," Aku terdiam beberapa saat dan terucap dari bibirku "Apakah aku harus berhijab, agar dia menjauhiku?," Temanku pun langsung saja mengaminkan ucapan itu. "Jika memang itu lebih baik, kenapa tidak," jawabnya.

Sepanjang perjalan menuju ke rumah, aku terus berfikir dan jauh berfikir. Tentang imanku, tentang Tuhanku dan juga agamaku. Jika dilanjutkan, bagaimana jika suatu saat benar kata teman, dia mengajakku kepada agamanya. Aku tak percaya dengan Tuhan yang mereka yakini! Aku hanya percaya Allah itu ada walau tak terlihat dengan kasad mata. Aku ada karena RahmatNYA dan percaya itu!

Teringat juga akan sholatku, ibadahku yang sering bolong-bolong, suka-suka, seolah-olah Allah-lah yang butuh sholatku. Tetiba merasa dibuang karena kelalaian itu. Hanya Islam KTP, tak berguna. Allah tak menginginkanku sebagai hambanya. Tidak, tidak mau itu, jangan buang aku ya Rabb, aku hanya yakin dan percaya, Engkaulah Tuhanku. Dan aku pun menangis hebat!!!

   Akhirnya Aku Memutuskan Untuk Berhijab

Ketika itu adalah bulan ramadhan, sejak berbuka puasa hingga sahur, aku tak dapat tidur. Terus berfikir, apakah harus berhijab. Perang batin kembali terjadi. Dengan alasan-alasan dan fikiran ketakutan, yang menghantuiku. Berhijab menjadi perang batin tersengit. Seharian tak keluar rumah, bahkan belanja untuk berbuka puasa pun, tidak. Aku hanya memasak bahan-bahan yang ada di kulkas.

Masih terus berperang, apakah berhijab atau tidak. Kisah-kisah dari artis yang berhijrah seperti Zaskia Aditya Meca yang dulu juga sempat takut akan rejeki dan masih berusia muda alasan belum ingin berhijab. Namun mantap berhijab karena percaya Allah sang pemberi rejeki. Di puncak popularitas dia memutuskan untuk berhijab dan ketika itu dia dikenal karena membintangi sinetron "Kiamat Sudah dekat".

Lalu artis yang dikenal ngapak dan sudah berhijab, aku ingat kisahnya mendapat hidayah, ketika membantu korban Tsunami di Aceh. Ia melihat seorang wanita yang tubuhnya putih mulus, meninggal dalam keadaan tanpa sehelai benang ditubuhnya. Ketika hidup pasti orang ini pasti rajin merawat tubuhnya, namun ketika meninggal dunia karena musibah itu, Allah seperti membuka auratnya dan sangat malu melihatnya. Begitulah kisahnya menjemput hidayah. Tubuh ini Tak hanya dirawat, tapi juga ditutup sesuai perintah Allah dalam Al Qur'an, dan itu wajib hukumnya. Begitu kisah yang kubaca di sebuah majalah 'Hidayah'.

Kisah-kisah itu masih belum mampu meluluhkan pertahananku. Masih kekeh belum mau berhijab. Menjelang berbuka puasa, selama ramadhan aku rajin mendengarkan ceramah di radio. Kultum (kuliah tujuh menit). Sambil memasak untuk berbuka puasa, terdengar kisah dari seorang ustadz tentang pemuda berusia sekitar 40 tahun yang sukses sehat jasmani dan rohani.  Pak ustadz bertemu pemuda itu lalu bertanya, Apakah bapak sudah pergi haji menunaikan rukun Islam yang ke 5? Dijawab oleh sang pemuda itu, belum ustadz, nanti saja tuaan dikit, sekarang belum siap. Lalu apa yang terjadi, gempa dan tanah longsor yang dahsyat di Jogjakarta, dia bersama istri dan 2 orang anaknya, meninggal tanpa belum berhaji. Pada hal mereka mampu secara ekonomi dan kesehatan, namun karena menundah-nunda maka sia-sialah.

Kita tak pernah tau umur, bahkan lima menit setelah ini tak pernah tau apa yang akan terjadi. Maka jika punya niat baik, segerakanlah jangan ditunda-tunda,". Tubuhku langsung bergetar hebat dan dengan air mata tak bisa terbendung. Detik itu juga, aku berniat untuk tak menundah. Akhirnya aku pun memutuskan, esok pagi aku telah lahir menjadi pribadi yang baru, yaitu menutup aurat dengan berhijab. Meski hijab yang ku kenakan adalah jilbab segi 4, atau biasa disebut juga jilbab taplak meja. Dan dengan Tshit besar dengan lengan hanya sampai di bawah siku. Karena belum punya baju lengan panjang.


Perlahan namun pasti, aku memantapkan diri. Walau semua tak berjalan lancar. Ada saja orang berkomentar, dan mencemooh niat baik ini. Bahkan sahabat dekat yang lain berkata "Halah nanti paling kamu buka lagi, mending nggak usah sekarang, wong kamu masih muda,". Aku hanya membalas, "Maka dari itu do'akan aku agar mantap berhijab dan tak membuka lagi,". Bahkan lelaki non muslim itu pun ternyata masih tak berhenti mendekat. Aku diam ketika dia memanggil, dan aku mengusirnya dengan kalimat "jangan dekati aku lagi, pergi menjauh, kalau tidak aku akan teriak maling dan melaporkan pada istrimu," ancamku padanya.

Sejak kecil, di kampung halamanku, banyak pernikahan beda agama yang berakhir pada pengorbanan agama. Banyak terjadi adalah, yang beragam Islam mengikuti agama lain dan keluar dari Islam. Bahkan yang terheboh, seorang wanita menikah dengan pria keturunan Tionghoa. Mereka menikah dengan cara Budha.

Sang wanita adalah background sekolah agama bahkan berpenampilan agamis dengan nikop. Orang tuanya mengusir dan takbmengakuinya sebagai anak. Kisah-kisah itu membuat aku takut hingga pernah meminta nasehat dari seorang nenek yang bekerja sebagai Kepala Sekolah SD. Pesannya padaku adalah, Jangan berteman, atau dekat, walau hanya sekedar kenal dengan yang non muslim. Agar terhindar dari hal yang ditakutkan.

Alhamdulillah hingga kini masih tetap menjaga imanku. Meski kini usia menginjak 39 tahun dan belum menemukan pendamping hidup. Aku selalu berfikir, tetap bahagia, tetap menjadi manfaat dan Istiqomah. Hijabku benar-benar berhijab. Apa bila ada lelaki lain yang bukan mahram ada di rumah, maka tetap mengenakan hijab. Bahkan ketika berkunjung ke rumah orang dan menginap, mereka suka heran, koq jilbabnya nggak dibuka. Bahkan untuk tidur sekali pun, aku tak melepas hijab. Sebab hukum berhijab adalah, menutup aurat dari lelaki yang bukan mahram.

Banyak sekali wanita berhijab di luaran sana, mereka berhijab hanya ketika akan bepergian saja. Namun berpakaian pendek di sekitaran rumahnya. Pergi ke warung, bertandang ke rumah tetangga, santai saja tanpa pakaian panjang dan hijab. Walau di dalam rumah sendiri, harusnya tetap menggunakan pakaian panjang. Jika ada tamu yang datang, hanya tinggal mengenakan jilbabnya. Bahkan begitu pintu rumah terbuka, lelaki yang bukan mahram, tak boleh melihat sehelai rambut pun.

Karena sehelai rambut yang terlihat adalah terhitung satu dosa. Semoga kisah ini bisa menjadi i'tibar bagi semua. Dan semua wanita berhijab diluaran sana, paham dengan keputusan berhijab bukan karena supaya terlihat alim, atau demi pujian dibilang cantik, mengikuti trend, dan gaya-gayaan saja. Berhijab karena Allah, karena taat dan karena cinta kepada Allah. Terus belajar agama, supaya berilmu dan semakin mencapai derajat Sholeha.

#AyoHijrah Bersama Bank Muamalat

Kini ada program #AyoHijrah  bersama bank Muamalat Indonesia. Kenapa harus Bank Muamalat Indonesia? 

Hijrah artinya "Lebih Baik" maka program #AyoHijrah adalah gerakan mengajak masyrakat Indonesia untuk bersama meningkatkan diri agar lebih baik dalam segala hal. Demikian juga dengan layanan perbankan, sehingga kita hijrah bukan hanya secara pribadi namun juga pengelolaan keuangan untuk hidup lebih baik dan brokah.

Tujuan gerakan #AyoHijrah, diharapkan ada peningkatan kwualitas diri semakin baik. Secara pribadi atau pun organisasi untuk Kaffah dalam menjalani syariat islam. Khususnya dalam pelayanan Perbankan syariah. Cita-cita yang ingin diwujudkan Bank Muamalat adalah, menyetarakan pertumbuhan nasabah bank syariah agar setaradengan kondisirakyat Indonesia yang mayoritas beragam muslim.

Apa bentuk gerakan #AyoHijrah? Gerakan yang dikemas dengan mengajak terus menerus masyarakat untuk terus meningkatkan diri dalam berbagai bidang. Khususnya untuk menggunakan pelayan bank syariah untuk lebih berkah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antra lain.
 * Seminar edukasi tentang bank syariah
 * Open Booth dipusat kegiatan masyarakat
 * Kajian Islam dengan nara sumber dari kalangan ulama.
 * Pemberdayaan masjid sebagai salah satu agen perbankan.

Mengapa harus Bank Muamalat?

Bank Muamalat adalah yang pertama menggunakan syariah, yang berdiri sejak tahun 1992. Bank Muamalat tidak menginduk pada bank mana pun, sehingga terjaga kemurnian syaraih nya. Pengelolaan dana Bank Muamalat didasari pada prinsip ekonomi syariah yang diawasi Dewan Pengawasan Syariah. Bank Muamalat memiliki produk dan layanan keuangan lengkap dan ditunjang dengan berbagai fasilitas seperti Mobile Banking, Internet Banking Muamalat dan jaringan ATM serta kantor Cabang hingga ke luar negeri.

Nah ikuti gerakan #AyoHijrah ke Bank Muamalat. Untuk info lebih lanjut tentang Bank Muamalat Indonesia



Nb : Tulisan ini saya ikut sertakan dalam Kompetisi Blog yang selenggarakan oleh Bank Muamalat. Dalam progran lanjutan #AyoHijrah




Previous
Next Post »
Thanks for your comment