Cerita perbatasan Negara Batam Indonesia-Singapore

Cerita perbatasan Negara Batam Indonesia-Singapore


Serba mahal, itulah yang selalu di keluhkan orang-orang. Gaji naik, tapi bahan pokok makanan pun ikut naik, Semua jadi serba mahal. Hidup jadi susah, cari kerja pun susah. Coba buka usaha kecil-kecilan pun, susah. Banyak yang berjualan dari pada yang membeli. Yang susah jadi susah, yang senang tetap senang. Cari yang halal susah, yang haram akhirnya di hajar.....

Semua salah jokowi, Yah begitulah banyak cerita yang berkembang menghadapi kesulitan hidup yang kian hari makin tak ada jalan keluar yang baik, selalu saja timbul masalah dan Jokowi yang di salahkan. Aduh aduh....

Banyak jalan asalkan mau usaha. Pilihan bekerja di luar negeri menjadi satu jalan dan pilihan. Menjadi TKW bagi wanita, yang terkadang juga menjadi jalan celaka bagi dirinya. Bagaimana tidak, keselamatan jiwa mereka pun terancam. Berapa banyak wanita yang jadi korban ketidakadilan atas keadaan. Belum lagi pemerkosaan dan pelecehan, hukuman gantung serta di siksa majikan. Entah apa yang terjadi.

Cerita perbatasan dua negara terkadang menjadi satu kesatuan yang sesungguhnya tak terpisahkan. Seperti yang terjadi di perbatasan Batam Indonesia-Singapore. Ribuan bahkan jutaan orang Batam Indonesia yang mengadu nasib di Singapore. Kurs $ Singapore yang begitu tinggi jika di tukar dengan rupiah, membuat tergiur orang-orang lalu berbondong-bondong datang untuk bekerja di Singapore. Bukan bekerja legal, melain kan secara illegal. Dengan menggunakan dokument pasport yang sejatinya untuk jalan-jalan atau sekedar datang lalu kembali, tapi di gunakan untuk bekerja.


Singapore menjadi surga pemburu dolar $ yang sangat diincar. Jika $1 Singapore adalah rp 9500, maka bagaimana bila mereka bekerja dengan gaji harian yang rata-rata $30-$50 ???!!! Hitung hitung hitung. Dengan cop visa paspor 30 hari (1bulan) untuk pass ke Singapore, banyak yang menggunakan visa hingga 25 hari atau paling sedikit 12-15 hari. Berapa banyak yang di dapatkan ??!!!! Hitung hitung hitung lagiii.

Dengan penghasilan yang lumayan besar, maka 2 minggu saja sudah setara dengan bekerja sebulan di Indonesia, dengan UMK di Batam pun masih lebih besar bekerja di Singapore. Apalagi bila mereka menggunakan visa pass selama 25 hari, tentu menjadi penghasilan setingkat manager di perusahaan. Setelah itu mereka bisa santai di Indonesia selama sebulan, lalu masuk lagi bekerja lagi. Ada juga yang menggunakan visa mereka 25 hari, lalu pergi passing ke Johor Bahru Malaysia, untuk dapat lagi visa masuk 30 hari di Singapore. Lalu mereka gunakan lagi 25 hari, hemmmm berapa banyak kah penghasilannya ???!!!!!! Hitung hitung hitung lagiiiii.

Bukan hanya dari Batam saja yang berbondong-bondong memburu $ di Singapore, sebagian juga ada yang dari Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Batu dan di sekitaran Kepri. Bahkan ada juga mereka yang datang dari Bandung Jakarta dan wilayah lainnya di Indonesia. Walau pun demikian, bukan hanya mereka yang dari Indonesia saja. Malaysia, Thailand, Philipin,Vietnam mereka juga berburu $ di Singapore dengan dokument paspor pelancong. Ada juga mereka yang datang dari Turky serta Bangladesh, India atau dari bagian Asia. Sebagian besar Bangladesh atau India mereka menggunakan izin resmi bekerja, yaitu permit.

Menurut yang pernah saya dengar, izin kerja untuk Indonesia adalah permit PRT (pembantu rumah tangga). Jika pun bisa minimal pendidikanmu di atas S1. Ada juga permit untuk kerja kapal, perhotelan atau keahlian yang lain. Ketatnya persaingan membuat kita harus bisa bersaing sehat. Untuk Indonesia bekerja permit, seperti driver, atas resto KFC dan Mc Donale atau resto lainnya itu tidak bisa.

Meski pun begitu, banyak juga warga negara Indonesia yang membuat PR di Singapore. Sebagai penduduk tetap Singapore, bukan penduduk asli Singapore. Namun terkadang mereka juga masih menggunakan status warga negara Indonesia. Banyak keluarga dan orang tua di Indonesia menjadi alasannya.

Kembali lagi ke pekerja illegal, dengan gaji antara $30-$50 itu masihlah kecil. Karena jika mereka menggunakan jasa warga negara Singapore minimal gaji yang harus mereka bayar adalah, $70-$90 untuk 8 jam kerja. Tentu membuat pemilik usaha mencari pekerja yang pendatang, dengan kerja 12 jam mereka bisa bayar tenaga kerja illegal 2 orang. Walau mereka tau resikonya, jika pertangkap pekerja illegal oleh MOM yang mengurus tenaga kerja di Singapore, mereka bisa memilih menebus atau tidak dan mendapatkan surat peringatan, yang berujung pencabutan izin usaha mereka.

Jenis pekerjaan yang biasa banyak menggunakan pekerja illegal adalah, rumah makan, cuci piring, tukang masak, potong sayur, jualan sayur di pasar, kerja kemas rumah ( pembersih rumah panggilan yang biasanya memiliki agent), kerja rewang (bekerja pada EO untuk pernikahan), untuk laki-laki bisa sebagai kuli angkut yang untuk mendapatkan job mereka pakai antrian. Ada juga yang berjualan kue kaki lima di stasiun MRT dan pasar.

Hukum di Singapore cukup tegas, bagi warga negaranya. Beratnya sangsi dan hukuman membuat mereka sebagian memilih untuk patuh pada hukum. Meski pun demikian tak sedikit yang diam-diam berani bermain hukum. Petugas pemerintah di Singapore bukanlah seperti Petugas di Indonesia, Malaysia atau Thailand yang bisa disuap dan meminta suap. Karena mereka takut dengan sangsi dan bekerja sesuai peraturan negaranya. Salut !!!

Seorang petugas kepolisian di Singapore, pernah berkata kepada pelanggar hukum di Singapore. Yang mana seorang warga negara Indonesia menikah dengan laki-laki Singapore lalu tertangkap karena melanggar hukum. Wanita itu memohon-mohon untuk keringanan hukum, lalu petugas itu pun berkata "hukum di Singapore memang tegas, tapi sesuai hati yang menjalankan hukum tersebut." Maksudnya adalah ketegasan hukum yang berlaku di Singapore tergantung hati orang yang menjalankan. Ada orang yang tegas tanpa ampun atau bisa jadi kerana kasihan seseorang petugas akhirnya memberikan keringanan. Tapi bukan demi uang, melainkan karena rasa kasihan dan kemanusiaan. Sebagai peringatan, jangan di ulangi lagi, jika tertangkap lagi, maka tidak bisa main hati nurani lagi.

Sesungguhnya antara pekerja illegal dengan warga Singapore saling membutuhkan. Gengsi tinggi dari warga Singapore membuat mereka malu dan enggan bekerja kasar. Jika pun ada cleaning servis itu yang sudah berusia tua. Bahkan petugas kasir di mini market pun banyak yang berusia senja. Tingginya biaya hidup membuat mereka harus tetap bekerja walau usia sudah tua. Tergantung juga bagaimana anak-anak mereka, apakah mampu membiayahi mereka atau tidak, namun dari cerita yang beredar, dahulu banyak warga Singapore yang tidak menikah. Karena biaya pernikahan dan biaya hidup yang tinggi membuat mereka sebagian memilih untuk tidak menikah.

Cerita yang lain pun banyak terdengar bahwa, banyak dari warga suku melayu atau chines yang akhirnya menikah dengan wanita Indonesia yang bekerja illegal di Singapore. Laki-laki yang menikah dengan wanita Indonesia itu sudah cukup tua umurnya namun belum pernah menikah, tapi mereka menikah dengan wanita Indonesia yang notabennya adalah sudah menjanda dan sudah punya anak. Bagi mereka tak masalah, karena tidak meminta mahar yang tinggi yang menyulitkan. Bagi wanita Indonesia yang menikah dengan pria Singapore terkadang di jadikan sebagai jalan untuk memperbaiki kehidupan dan perekonomian. Walau untuk itu mereka hidup terpisah, istri di Batam dan suami setiap akhir pekan datang. Jika perbulan suaminya hanya memberi $500 Singapore, maka itu pun sudah sangat membantu perekonimian wanita yang tak lagi bersusah payah bekerja keras.

Jika memilih hidup di Singapore tentu tidaklah cukup, karena biaya yang tinggi maka keduanya haruslah bekerja. Walau dengan begitu, maka besar kemungkinan sang wanita bisa mendapatkan IC Singapore yang membuat mereka menjadi warga tetap di Singapore. Dan jika mereka punya anak, maka pemerintah Singapore memberikan bantuan dana dan dijamin sekolah hingga ke Univrsitas. Menurut teman yang juga menikah dengan warga Singapore, walau hingga detik ini dia belum mendapatkan IC Singapore, karena persyaratannya sang suami harus bekerja dengan gaji sekitar $2000 dan memiliki rumah. Ketika dia melahirkan anak pertama, pemerintah memberikan dana sekitar $9000 yang di berikan secara bertahap. Anak kedua $6000 dan anak ketiga $4000. Hanya sampai disitu saja bantuan yang di berikan. Jika memiliki anak lebih dari empat maka dikenakan pajak wow....
Sedikit cerita perbatasan di Batam Indonesia-Singapore, nantikan cerita perbatasan Batam -johor Malaysia.......
Previous
Next Post »

2 komentar

Click here for komentar
echaimutenan
admin
9 Agustus 2016 pukul 14.48.00 GMT+7 ×

Baca ini jadi inget pas dulu sering ke batam :")

Reply
avatar
Prita HW
admin
9 Agustus 2016 pukul 21.33.00 GMT+7 ×

Ya mbak, ngeri banget Singapore, dibalik gemerlap, banyakan ga enaknya tapi :) Hehe, kapan hr sy bikin buku ttg Sing, tp blm launching :) nah, dapet slentingan2 dan liat langsung, hal yg sama yg diceritain mbak :)

Reply
avatar
Thanks for your comment