Batam, Bila Anda Tiba Akan Menyesal

Batam, Bila Anda Tiba Akan Menyesal.

Batam



B ila
A nda
T iba
A kan
M enyesal

Kalimat di atas menjadi slogan bagi siapa pun yang pertama kali menginjakkan kaki ke Batam untuk merantau. Mengapa demikian? Sebab cerita tak sesuai kenyataan. Maka penyesalan yang akan didapat. Banyak cerita yang pulang merantau dari Batam, mengatakan bahwa Batam itu Wah, Batam itu Beuh, Batam itu enak dan cerita tinggi lainnya. Hal ini yang menyebabkan orang-orang tertarik untuk mencoba peruntungan di Batam. Namun ternyata, ah tak seindah yang dibayangkan.

Di Batam ada banyak perusahaan elektronik, ada ratusan bahkan. Sehingga lapangan pekerjaan lebih banyak membutuhkan tenaga wanita dibandingkan pria. 1:10 lowongan untuk pria dan wanita. Jadi, Batam lebih banyak wanita yang bekerja dan prianya yang jadi bapak rumah tangga.

Tapi
B ila
A nda
T abah
A akan
M emang

Selogan itu pun benar adanya. Ya! Namanya merantau kita harus tertatih-tatih dan berusaha dari nol. Kalau pun ada kemudahan itu hanya keberuntungan saja. Maka jika kita tabah akan menang. Selagi mau kerja apa saja, pasti sukses.

Pernah saya membaca profil dari ustazah Ashwan Al Buchori, beliau adalah Abang kandung dari Ustazd Jefri Al Buchori atau biasa di sapa UJ Almarhum. Beliau pernah mengadu nasib di Batam selama 5 tahun. Susahnya mencari perkerjaan membuat iya yang datang langsung memboyong istri dan anaknya, hidup dalam kesulitan. Mungkin cerita indah Batam membuat dia berfikir semudah membalikkan telapak tangan kehidupan di Batam.

Selama setahun usahanya mencari kerja hingga barang-barang berharga yang dibawa habis terjual semua. Sampai akhirnya ia mendapat tawaran kerja di club malam, namun ia tolak, sebab sebelum menikah, dunia malam itu sudah jadi teman dan kehidupan yang sudah ditinggalkannya.

Hingga suatu hari tawaran kerja ia dapat menjadi marketing rumah. Dan di bulan pertama ia berhasil menjual satu unit rumah dengan komisi yang ia dapatkan sebesar Rp 500 ribu. Komisi yang cukup lumayan kala itu. Lalu di bulan-bulan berikut alhamdu lillah, rezekinya tidak pernah putus. Ia pun hidup dengan berkecukupan dan kemudahan seperti yang diceritakan orang, selagi masih mau berusaha dan tabah, maka akan menang. Hingga di tahun kelima beliau pulang untuk membantu UJ Almarhum berdakwah. Kisah yang panjang untuk sebuah keberhasilan. Tapi saya lupa, tahun berapa beliau hidup di Batam.

Batam Kota Maksiat

Dulu Batam dikenal dengan kota maksiat. Batam dikenal kota hitam bagi pelarian dan kriminal. Perempuan yang merantau ke Batam selalu di konotasikan negatif dan jika berhasil maka, orang-orang berfikir dia menjual diri di Batam.

Di kampungku Medan pun demikian cerita yang beredar. Bagiku dulu, Batam menyeramkan untuk wanita sepertiku. Namun setelah kedatanganku dan melihat serta merasakan sendiri kehidupan di Batam, buatku semua tergantung pribadi masing-masing. Yang mau rusak, rusaklah dia. Yang mau maju dan menjadi baik, maka semakin baiklah ia.

Di Batam dulu banyak sekali jeckpot dan perjudian. Selain kota industri elektronik yang dirancang oleh Bapak BJ Habibie selaku kepala Otorita Batam di tahun 90, sebelum akhirnya beliau menjadi Wakil Presiden mendampingi Presiden Suharto tahun 1994. Banyak wisman datang ke Batam untuk berjudi. Tentu karena hal itu dunia malam lebih bergeliat di Batam. Selain perjudian, tentu sebagai pelengkap pelacuran dan sex pun marak di Batam. Bahkan tukang ojek aja, kaya kala itu. Begitulah kehidupan sebagian orang.

Selain itu banyaknya wanita dan pria yang merantau, yang mana wanita lebih banyak uang dibanding pria. Terjadilah perkumpulan kebo yang hidup serumah. Hal itu biasa terjadi di Batam. Ah kehidupan yang sangat mengerikan bagiku yang lugu ini. Ya! Aku bersyukur dunia malam dan maksiat itu tak menjadi pilihan hidupku. Aku lebih sering bertemu teman yang baik dan membawa pada kebaikan yang akhirnya membuat hidupku banyak pembelajaran.

Seperti pesan orang tuaku "jadilah seperti ikan di lautan, yang tetap tawar meski hidup di air asin" pepatah itu sungguh dalam dan menjadi pegangan teguhku hidup di Batam, dengan segala kisah gelap dan kelamnya. Yang kurasa Allah pun selalu melindungiku dan juga menjauhkan langkahku dari hal-hal buruk selama merantau di Batam. Allahhu Akbar!

Sekarang Batam berubah menjadi kota Pariwisata. Kehidupan malam yang dulu begitu mewarnai Batam perlahan berubah sejak Presiden SBY menghapus Perjudian. Wanita-wanita penjajah sex pun berambus dari Batam. Seiring kehidupan yang membaik dan perubahan tentang konotasi negatif tentang Batam. Banyak yang mengeluh Batam tak seperti dulu lagi, begitu mudahnya mencari uang. "Kenapa judi ditutup, coba kalau di buka lagi, pasti perekonomian di Batam tak sesulit ini," keluhan orang yang mendapat berkah dari maksiat dan keluhan orang yang berputus asa.


Jika pun masih ada yang berfikir bahwa Batam kelam, itu dulu, karena dia tidak tau dan tidak tinggal di Batam. Buatku yang mau hancur dan rusak itu pilihan pribadi, tapi tidak semua orang yang hidup dan tinggal di Batam adalah orang-orang yang hancur dan rusak prilakunya.

Seorang teman yang lahir dan besar di Batam justru berkata, "koq kita nggak pernah tau ya, kalau Batam itu dikenal kota maksiat, mungkin karena hidup kita tetap lurus dan tak pernah menyentuh kehidupan malam yang menjadi sahabat orang-orang yang memang menyukai kehidupan malam itu sendiri,"

Batam bukan yang dulu lagi bro, jadi berhenti berfikir bahwa Batam Kota Maksiat. Datang ke Batam, maka kau akan tau dua sisi kehidupan itu. Mana yang lebih dominan.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment